Indragirihulu, Pendidikan begitu penting bagi masyarakat pada umumnya, berbeda dengan daerah Talang Mamak khususnya yang terletak di desa Talang Gedabu . memang sebagian besar dari mereka banyak putus sekolah lantaran faktor ekonomi serta jarak tempuh sekolah yang begitu jauh dari rumah.
Masih ada yang namanya sekolah marginal yaitu sdn 008 talang gedabu, di daerah Kabupaten Indragiri Hulu, jarak jauh berkisar enam kilometer antara sekolah induk dan kelas jauh. Kelas jauh ini hanya memiliki tiga lokal, sekolah yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi anak-anak, tetapi tidak untuk kelas jauh Talang Gedabu ini. Dinding terbuat dari batu dan semen, atap terbuka lebar tanpa ada gypsum bahkan triplek pun tidak terpasang, lantai dari semen, meja dan kursi yang masih terbilang kokoh, ruang guru hanya ada di belakang kursi siswa,toilet yang tidak layak digunakan oleh siswa maupun siswi,isi ruangan tidak ada yang menandakan adanya proses belajar mengajar yang layak.
Sungguh miris pendidikan yang berada di desa talang gedabu, hal ini tidak hanya terjadi dengan kelas jauh saja bahkan sekolah induk juga tidak layak disebut sekolah. Karena tidak adanya memiliki ruangan yang banyak, bahkan masih ada yang disekat dengan papan tulis. Ruangan yang seharusnya menjadi pusat membaca atau pustaka di jadikan kelas. Ruangan laboraturium bergabung dengan ruangan kepala sekolah di sekat dengan triplek.
Tidak hanya dari segi bangunan,bahkan tenaga pengajar tidak selalu dapat hadir mengajar para murid. Para pengajar di kelas marjinal ini merupakan honorer tata usaha,jika hujan selama satu jam, maka jalanan menuju sekolah marjinal tersebut tidak bisa dilewati.,karena jika di lewati lumpur bahkan motor bisa saja terjatuh.
Para murid sudah bersiap dari rumah dengan seragam lengkap ,ada yang menggunakan sepatu,menggunakan sendal jepit bahkan tidak menggunakan alas kaki. Tepat pukul 07.00 wib pagi siswa sudah merapikan bangku dan meja,menyapu ruangan hingga bersih. Mereka menunggu guru terkadang hingga pukul 09.00 wib, jika sang guru tidak datang muka kecewa yang mereka bawa pulang.
Seketika ditanya kepada leni salah seorang siswa kelas 5 , bagi leni ruangan belajar ini apa tidak nyaman tidak? , maka ia menjawab tidak, karena ruangan kecil, tetapi karena ingin sekolah aku ingin pintar, di rumah saja kami tidak terlalu belajar ,karena tidak tahu bertanya kepada siapa? Yang penting aku sekolah,belajar bersama kawan-kawan.
Disini jika mereka mendapatkan tugas hasil prakarya di rumah dengan menggunakan karton serta pewarna. Leni menambahkan, kami harus ke pasar yang berada di desa kelayang jarak tempuhnya dua jam itupun jika memang sudah masuk hari pasar,di desa Talang ini tidak ada pasar yang buka setiap harinya,tapi jika mudah bisa digunakan dengan bahan alami kami lebih suka karena gampang menemukannya.
Di Talang tidak adanya mengenal usia, bahkan usia 15 tahun saja masih duduk di bangku sekolah dasar yang seharusnya umur ini sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Salah satunya leni , ia tidak malu dengan usianya terbilang cukup tua di antara teman-teman lainnya. Karena awalnya ia tidak ingin sekolah karena ingin membantu orang tua,namun dengan adanya pembangunan sekolah marjinal negri ini, yang didirikan tahun 2011 yang lalu maka ia ikut, namun jika di sekolah kan ke sekolah induk ia tidak mau dikarenakan jauh dari rumah.
Orang tua dari murid sangat ingin melihat anaknya sekolah, karena agar mereka tidak seperti mereka hanya seorang petani. Maka dari itu ada orang tua yang menhibahkan lahannya untuk membangun sekolah. Memang pendidikan di talang mamak ini tidak seperti di kota, karena hampir keseluruhan sekolah yang berada di desa talang masih marjinal,karena berbagai alasan dari pemerintah daerah,lokasi jauh dari pusat perkotaan, bahkan jalur lokasinya yang tidak memungkinkan dari kabupaten Indragiri Hulu ke desa Talang Mamak. harapannya kedepan agar pemerintah bisa membangun sekolah tingkat pertama dan atas lebih bagus,agar anak mereka benar-benar ingin sekolah.